Jumat, 17 Januari 2014


HUBUNGAN      KARAKTERISTIK      PERAWAT      PELAKSANA
DENGAN PENERAPAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RUANG MPKP RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO
SEMARANG




SKRIPSI
”Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Keperawatan”


Noer Rochmat
08.71.009




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA HUSADA SEMARANG
2010





Nursing Science Program
Widya Husada Semarang
Research Paper, May 2010
ABSTRACT
Noer Rochmat,
RELATIONSHIP CHARACTERISTIC BETWEEN NURSE ASSOSCIATE WITH IMPLEMENTATION OF PROFESSIONAL NURSING PRACTICE MODELS IN PROFESSIONAL NURSING PRACTICE MODELS ROOM INPATIENT CARE PUBLIC HOSPITAL OF TUGUREJO SEMARANG
XV + 117 pages + 17 tables + 4 pictures + 10 enclosure

Background: Implementation of professional nursing practice models is one of the management requirement in Public Hospital of Tugurejo Semarang. The successful of professional nursing practice models inseparable from the nurse performance especially nurse assosciate. Nurse assosciate in professional nursing practice models room has various characteristic, the characteristic is age, gender, maritals status, education, work period, and employment status. The various characteristic of nurse assosciate allegedly associated with the successful implementation of professional nursing practice models. The purpose of this study is to find out the relationship characteristic nurse assosciate with implementation of professional nursing practice models in professional nursing practice models room inpatient care Public Hospital of Tugurejo Semarang.

Methods: This study is quantitative correlational research using Cross Sectional Approach. Subjects studied in this research are 28 nurse assosciate in professional nursing practice models room. The variables studied were nurse assosciate characteristic which include age, gender, maritals status, education, work period, and employment status as independent variable and implementation of professional nursing practice models as dependent variable. Data obtained from questionnaire and analyzed by fisher’s  exact test.

Result: Research result showed that there was no relationship between characteristic of nurse assosciate which include age, gender, maritals status, education, work period, and employment status with implementation of professional nursing practice models, sequence fisher’s  exact test of p value are 0,624; 1.000; 0,430; 0,137; 0,645 and 1,000.

Conclusion: Concluded that there was no relationship between characteristic of nurse assosciate which include age, gender, maritals status, education, work period, and employment status with implementation of professional nursing practice models in professional nursing practice models room inpatient care Public Hospital of Tugurejo Semarang.

Keywords: characteristic of nurse assosciate, implementation of professional nursing practice models
Reference        :  43 (1990-2006)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) didefinisikan sebagai pneumonia nosokomial pada pasien terpasang ventilasi mekanik/ menggunakan ventilator dengan endotrakeal/ ET tube atau trakeostomi selama lebih dari 48 jam. Ventilator Associated Pneumonia merupakan komplikasi disebanyak 28% pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik. Insiden VAP meningkat seiring dengan peningkatan durasi penggunaan ventilasi mekanik. Estimasi insiden adalah sebesar 3% per hari selama 5 hari pertama, 2% per hari selama 6-10 hari, dan 1% per hari setelah 10 hari. Tingkat kematian kasar untuk VAP adalah 27-76%. Pseudomonas atau Acinetobacter pneumonia dikaitkan dengan peningkatan tingkat kematian dibandingkan dengan organisme lain.
Studi secara konsisten menunjukkan bahwa penundaan dalam memulai terapi antibiotik yang sesuai dan dosis yang tepat dapat meningkatkan risiko kematian. Peninjauan sistematis dan meta-analisis oleh Melsenetal tidak menemukan bukti ventilasi mekanik disebabkan VAP pada pasien dengan trauma atau sindrom gangguan pernapasan akut. Pemusatan data pada 17.347 pasien menunjukkan bahwa diantara pasien trauma, risiko relative diperkirakan adalah 1,09 (95% confidence interval [CI], 0,87-1,37), dan diantara pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut, risiko relative adalah 0,86 (95% CI, 0,72-1,04). Melsenetal menemukan bukti untuk kematian yang timbul dari VAP antara subkelompok pasien lain, tetapi risiko ini tidak dapat dihitung karena heterogenitas dalam hasil studi. Hasil juga terkait dengan waktu terjadinya VAP. Awal-onset pneumonia terjadi dalam 4 hari pertama rawat inap, sedangkan akhir-onset VAP terjadi 5 hari atau lebih setelah masuk. Akhir-onset pneumonia biasanya dikaitkan dengan organism Multi Drugs Resistance (MDR). Dengan fakta-fakta tersebut, sudah seharusnya dibutuhkan pencegahan infeksi nosokomial yang mungkin bisa menurunkan risiko terjadinya VAP pada pasien-pasien yang benar-benar membutuhkan pemasangan ventilasi mekanik karena kegagalan pernapasan. Pencegahan infeksi nosokomial pneumonia dapat dilakukan secara farmakologis maupun non farmakologis. Intervensi keperawatan berupa tindakan Head of bed, merupakan kombinasi dari beberapa strategi non farmakologis. Pada penelitian Kollef (2005) bahwa VAP terjadi pada pasien terlentang sebesar 34% sedang posisi tidur head up 30 derajat sebesar 11%. Kematian pasien di ICU adalah 30% pada pasien terlentang dan 8,9% pada pasien head up. Tindakan ini dapat mencegah atau meminimalkan kejadian HAP dan Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
B.       Tujuan
Tujuan dari mini riset ini adalah untuk mengetahui hubungan intervensi keperawatan berupa tindakan Head of bed tehadap kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di Intensive Care Unit (ICU) RSUD Tugurejo Semarang.
C.       Manfaat
1.      Bagi Pasien
Diharapkan dapat mengurangi terjadinya infeksi nosokomial aspirasi pneumonia/ Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di Intensive Care Unit (ICU).
2.      Bagi Perawat
Diharapkan menjadi intervensi keperawatan pada pasien kritis dengan terpasang ventilator mekanik.
3.      Bagi Instansi Ruamah Sakit
Diharapkan dengan adanya intervensi keperawatan dengan tindakan Head of bed dapat mengurangi angka nosokomial di rumah sakit.

 BAB III
METODE  PENELITIAN

A.    Kerangka Konsep
                   Variabel Independen                                            Variabel Dependen

 Karakteristik Perawat Pelaksana:
        Umur
        Jenis kelamin                                                                              Penerapan MPKP
        Status perkawinan
        Pendidikan
        Masa kerja
-     Status pegawai
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
B.     Hipotesis Penelitian
      Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, S, 1998).

1.      Hipotesis nol (Ho)1 = tidak ada hubungan umur perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)1 = ada hubungan umur perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
2.      Hipotesis nol (Ho)2 = tidak ada hubungan jenis kelamin perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)2 = ada hubungan jenis kelamin perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
3.      Hipotesis nol (Ho)3 = tidak ada hubungan status perkawinan perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)3 = ada hubungan status perkawinan perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
4.      Hipotesis nol (Ho)4 = tidak ada hubungan pendidikan perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)4 = ada hubungan pendidikan perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
5.      Hipotesis nol (Ho)5 = tidak ada hubungan lama kerja perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)5 = ada hubungan lama kerja perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
6.      Hipotesis nol (Ho)6 = tidak ada hubungan status pegawai perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)6 = ada hubungan status pegawai perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.

C.    Jenis dan Rancangan Penelitian
      Jenis penelitian kuantitatif ini adalah korelasi yaitu mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel, dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu bersamaan (Hidayat, 2007).

D.    Lokasi dan Waktu Penelitian
      Adapun lokasi dalam penelitian ini di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang di Bulan Februari 2010.

E.     Populasi dan Sampel Penelitian
1.      Populasi penelitian
      Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Menurut Arikunto (2006), populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di ruang MPKP di Rawat Inap Amarilis 1 dan Dahlia di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Menurut data kepegawaian di bidang keperawatan populasi perawat pelaksana di ruang MPKP Ruang Amarilis 1 sebanyak 14 perawat pelaksana dan Ruang Dahlia sebanyak 14 perawat pelaksana. Jadi populasi dalam penelitian sebanyak 28 responden.

2.      Sampel penelitian
      Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Menurut Arikunto (1998), apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
      Teknik pengambilan sample adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan total sampling, karena jumlah responden kurang dari 100 orang (Arikunto, 1998: 120) maka sampel diambil dari keseluruhan. Teknik ini dilakukan pada perawat pelaksana ruang rawat inap Amarilis 1 dan Dahlia dengan jumlah sampel sebanyak 25 responden.
      Sampel ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan (Hidayat, 2007). Kriteria inklusi dan eksklusi sampel penelitian ini sebagai berikut:

a.       Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak diteliti, adalah:
1)      Perawat pelaksana
2)      Perawat yang bekerja di ruang MPKP ruang Amarilis 1 dan Dahlia

b.      Kriteria eksklusi adalah sampel yang tidak dapat dimasukkan atau tidak layak untuk diketahui yaitu:
1)      Perawat pelaksana di ruang MPKP yang tidak bersedia menjadi responden
2)      Perawat pelaksana di ruang MPKP yang sedang cuti tugas
3)      Perawat pelaksana di ruang MPKP yang sedang tidak bertugas
F.     Definisi Operasional
1.      Variabel bebas
      Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependent variable) dinamakan variabel bebas artinya bebas dalam menghubungkan variabel lain (Hidayat, 2007). Variabel bebas dalam penelitian ini karakteristik perawat pelaksana.

2.      Variabel terikat
      Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).

      Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati (Hidayat, 2007).

Table 3.1. Definisi operasional variabel dan skala pengukuran
No

Variabel
Definisi operasional
Alat ukur & cara ukur
Kategori
Skala
1



2


3



4



5



6

Umur



Jenis kelamin

Status perkawinan


Masa kerja



Tingkat pendidikan


Status pegawai
Usia seorang perawat pelaksana yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir.

Identitas gender yang dimiliki seorang perawat pelaksana di rawat inap.
Identitas status pernikahan yang dimiliki seorang perawat pelaksana di rawat inap.

Waktu yang telah dilalui seorang perawat dari pertama kali bekerja sampai dilakukan penelitian.

Proses belajar secara formal yang terakhir didapat di institusi pendidikan oleh perawat pelaksana dengan mendapatkan ijazah.
Identitas seorang perawat pelaksanan dalam bekerja di dalam kepegawaian.
Kuesioner:
terdiri dari 1  item pertanyaan.

Terdiri dari 1  item pertanyaan.

Terdiri dari 1  item pertanyaan.


Terdiri dari 1  item pertanyaan


Terdiri dari 1  item pertanyaan


Terdiri dari 1  item pertanyaan
Kategori:
< 25 tahun,
25-30 tahun,
31-40 tahun
Kategori:
Laki-laki,
Wanita.
Kategori:
belum kawin,
kawin, janda/duda
Kategori:
< 1 tahun,
1-5 tahun,
> 5 tahun
Kategori:
SPK,
Akper,
S1.
Kategori:
Kontrak,
Harlep,
PNS
Ordinal



Nominal


Nominal



Ordinal



Ordinal



Nominal
7
Penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP):
    Model primer tim
    SOP
    SAK
    IK
Aplikasi  pemberian asuhan keperawatan dengan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dengan model primer tim yang dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan, standar operasional prosedur, dan instruksi kerja di ruang MPKP Rumah Sakit tempat penelitian.
Kuesioner:
50 pertanyaan, dengan jawab:  Selalu/S skor: 3
Kadang/KD skor: 2
Tidak pernah/TP skor: 1
Jumlah skor tertinggi: 150
terendah: 50
Kategori:
Baik:117-150
Sedang: 83-116
Kurang: 50-82
Ordinal

G.    Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
1.      Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis dalam rangka pengumpulan data suatu penelitian. Kuesioner tersebut yaitu:

a.       Kuesioner I berisikan biodata responden tentang karakteristik perawat pelaksana, yang terdiri dari: nama inisial responden, kode responden, umur, jenis kelamin, status perkawinan, masa kerja, tingkat pendidikan terakhir, status pegawai.

b.      Kuesioner II berisi data pernyataan-pernyataan penelitian. Pernyataan penelitian memuat tentang penerapan model praktik keperawatan profesional (MPKP).

      Kuesioner dibuat dari pengembangan variabel penelitian menjadi sub variabel kemudian butir-butir soal pernyataan dikembangkan berdasarkan sub variabel dan setiap soal diberi petunjuk cara mengerjakannya. Agar kuesioner dapat mengukur hal-hal yang diukur maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

a.       Uji Validitas
       Setelah instrument yang digunakan berupa kuesioner sebagai alat
ukur peneliti selesai disusun, kemudian dilakukan uji validitas dan realibitas karena suatu kuesioner dikatakan valid jika kuesioner tersebut mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2005). Tempat uji validitas dilakukan di Ruang MPKP Rumah Sakit Jiwa Aminogondo Hutomo Semarang 2010.
       Uji validitas digunakan untuk mengukur relevan tidaknya pengukuran dan pengamatan yang dilakukan pada penelitian (Notoatmodjo, 2005). Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pemeriksaan tehnik keabsahan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.
       Menurut Lincoln dan Guba (1985) ada empat kriteria yang digunakan, yaitu truth value dengan cara internal validity, applicability dengan cara external validity, consistency dengan cara reliability, neutrality dengan cara objectivity.
      Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product moment” dengan rumus:

Rxy  =
 
                            N ( Σ XY ) – ( ΣX ΣY )
               { N Σ X2 –  (Σ X)2 } – { N ΣY2 – (ΣY)2 }

Keterangan:
X = pertanyaan nomor 1
Y = skor total
XY = skor pertanyaan nomor 1 dikali skor total.
Dinyatakan valid, jika korelasi tiap butir pernyataan memiliki nilai positif dari nilai rxy > r tabel dengan tingkat kesalahan 5% (Sugiyono, 2007).
      Berdasarkan hasil perhitungan dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r, cara melihat angka kritik dengan melihat baris N. Jadi misalnya jumlah N adalah 21, dengan 50 item pernyataan penerapan MPKP di ruang MPKP rawat inap RSUD Tugurejo Semarang, maka untuk taraf signifikansi 5% angka kritik (rtabel) adalah 0,433, maka Rxy = 0,445 - 0,911.
      Hasil nilai pearson correlation uji validitas pernyataan ceklist pada variabel bebas dan variabel terikat dinyatakan valid, jika korelasi tiap butir pernyataan memiliki nilai positif dari nilai rxy > r tabel yaitu 0,445 - 0,911 > 0,433 dengan tingkat kesalahan 5%. Jadi hasil uji validitas tersebut valid. Hasil uji validitas instrumen penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.


b.      Uji Reliabilitas
      Uji reliabilitas adalah uji yang akan dilakukan untuk mengetahui apakah instrument yang digunakan telah reliabel (Notoatmodjo, 2005). Setelah diketahui bahwa setiap item-item pertanyaan cukup valid, dilanjutkan dengan analisa relialibitas untuk mengetahui apakah instrument tersebut cukup konsisten untuk mengukur gejala yang sama pada pengukuran yang berulang. Pada awalnya tinggi rendahnya reliabilitas tes tercermin oleh nilai Cronbach alpha.
ri  =   ————    1 -   ————
 
                  k               Σsi2
                (k – 1)         st2

Keterangan:
k       = mean kuadrat antara subyek
Σsi2   = mean kuadrat kesalahan
st2      = varians total
      Dimana kuesioner dikatakan reliabel jika indeks reliabilitas yang diperoleh ri hitung > r tabel untuk taraf kesalahan 5% (Sugiyono, 2007).  Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen penelitian mengenai penerapan MPKP diperoleh ri hitung = 0,965 dan r tabel = 0,433, maka 0,965 > 0,433 sehingga instrumen tersebut reliabelnya tinggi (handal). Uji reliabilitas instrumen penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
2.      Cara pengumpulan data
a.       Data primer
      Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Peneliti melakukan penelitian setelah mendapatkan ijin dari Direktur RSUD Tugurejo Semarang secara lisan terlebih dahulu, kemudian peneliti langsung menemui calon responden untuk memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian. Peneliti kemudian meyakinkan kepada calon responden bahwa partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela dan kerahasiaan responden akan dijaga.
      Setelah meminta persetujuan pada calon responden kemudian peneliti memberikan kuesioner untuk diisi dan sebelum memulai mengisi peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner. Setelah kuesioner diisi oleh responden, peneliti mengumpulkan dan memeriksa kelengkapannya. Cara pengumpulan kuesioner dengan cara peneliti meminta kembali lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b.      Data sekunder
      Data diambil dari observasi di ruangan MPKP, informasi dari kepala ruangan dan ketua tim.



H.    Analisis Data
1.      Tehnik pengolahan data
      Setelah data terkumpul, data diolah dengan analisa statistik SPSS 12.0 for Windows dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a.      Editing
Peneliti melakukan koreksi (editing) data setelah peneliti menerima kuesioner  yang telah diisi oleh responden. Tujuannya  untuk melihat kelengkapan dan kebenaran dalam pengisian. Apabila jawaban dari responden kurang lengkap atau salah (seperti menjawab lebih dari satu pilihan jawaban) maka peneliti meminta responden kembali untuk melengkapinya atau membenarkannya.

b.      Coding
Data diolah dengan memberikan tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya dimasukan ke dalam lembaran tabel kerja untuk mempermudah pengolahan.

c.       Tabulating
Merupakan kegiatan/langkah memasukan data-data hasil penelitian kedalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria
2.      Analisis data
a.       Analisa univariat
      Analisa univariat digunakan untuk menganalasis variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi agar dapat diketahui karakteristik dari subjek penelitian. Variabel yang diteliti antara lain karakteristik perawat pelaksana yaitu: umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, masa kerja, dan status pegawai; dan penerapan model praktik keperawatan profesional (MPKP).

b.      Analisa bivariat
      Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel karakteristik perawat pelaksana dengan variabel penerapan model praktik keperawatan profesional (MPKP). Uji statistik yang digunakan uji Chi Square dengan derajat kemaknaan dirancang X2 ³ 0,05 atau p value £  0,05 dengan bantuan program SPSS 12.0 for Windows. Adapun rumus yang digunakan adalah :

 
     Rumus  : X² = ∑  (fo-fh)²
                               fh

Keterangan:

X² = Nilai Chi Square
fo  = Frekuensi yang di observasi
fh  = frekuensi yang diharapkan
      Uji Chi Square digunakan karena dalam penelitian bertujuan untuk mengetest hipotesis tentang ada tidaknya korelasi antara dua faktor atau lebih (Hadi,  2000). Syarat uji Chi Square adalah sebagai berikut:
1)      Hipotesis asosiatif untuk tabel 2x2, tidak berpasangan.
2)      Tidak ada sel yang nilai observed-nya nol (0)
3)      Sel yang memiliki nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel.
4)      Bila tidak terpenuhi:
a)      Untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher’s exact test
b)      Untuk tabel 2xk adalah uji Kolmogorov-Smirnov
c)      Penggabungan sel adalah alternatif uji Chi Square.
      Untuk memutuskan apakah terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, digunakan p value yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu 5 %. Apabila p-value < 0,05, maka H0 ditolak Ha diterima, yang berarti ada hubungan variabel bebas dengan variabel terikat, sedangkan p value > 0,05, maka H0 diterima Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan variabel bebas dengan variabel terikat (Arikunto, 1998).
      Dikarenakan uji Chi Square tidak memenuhi syarat yaitu ada kolom yang nilai expected-nya < 5 lebih dari 20%, maka analisis bivariate yang digunakan adalah uji alternative Fisher’s exact test.


I.       Etika Penelitian
      Penelitian dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, kemudian penelitian dilaksanakan dengan menekankan masalah etik yang meliputi:
1.      Informed consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. sebelum responden menyetujui, peneliti menjelaskan terlebih dahulu maksud, tujuan dan maksud penelitian, setelah responden membaca, mengerti dan memahami isi format persetujuan, mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Responden yang menolak untuk diteliti, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2.      Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data dari responden yang telah didapatkan segera mungkin dihancurkan setelah kegiatan peneliti selesai.
3.      Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada kuesioner. Tetapi lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu.

J.      Jadwal Penelitian
      Jadwal penelitian terlampir (Lampiran 3).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar