HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT PELAKSANA
DENGAN PENERAPAN MODEL
PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RUANG MPKP RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TUGUREJO
SEMARANG

SKRIPSI
”Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Keperawatan”
Noer Rochmat
08.71.009
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA HUSADA SEMARANG
2010
Nursing Science Program
Widya Husada Semarang
Research Paper, May
2010
ABSTRACT
Noer Rochmat,
RELATIONSHIP CHARACTERISTIC
BETWEEN NURSE ASSOSCIATE WITH IMPLEMENTATION OF PROFESSIONAL NURSING PRACTICE MODELS IN PROFESSIONAL NURSING PRACTICE MODELS ROOM INPATIENT CARE PUBLIC
HOSPITAL OF TUGUREJO SEMARANG
XV + 117 pages + 17 tables + 4 pictures + 10 enclosure
Background: Implementation
of professional nursing practice models is one of the management requirement in
Public Hospital of Tugurejo Semarang. The successful
of professional nursing practice models
inseparable from the nurse performance especially
nurse assosciate. Nurse assosciate in professional nursing practice models room has various characteristic, the characteristic is age,
gender, maritals status, education, work period, and employment status. The
various characteristic of nurse assosciate
allegedly associated with the successful implementation of professional
nursing practice models. The purpose of this study is to
find out the relationship characteristic nurse assosciate with implementation of professional nursing practice
models in professional nursing practice models room inpatient care Public Hospital of Tugurejo Semarang.
Methods: This study
is quantitative correlational research using Cross Sectional Approach. Subjects
studied in this research are 28 nurse assosciate
in professional nursing practice models room. The
variables studied were nurse assosciate
characteristic which include age, gender, maritals status, education, work
period, and employment status as independent variable and implementation
of professional nursing practice models as dependent variable. Data obtained
from questionnaire and analyzed by fisher’s exact test.
Result: Research
result showed that there was no relationship between characteristic
of nurse assosciate which include age, gender, maritals
status, education, work period, and employment status with implementation of
professional nursing practice models, sequence fisher’s exact test of p value are 0,624; 1.000; 0,430; 0,137; 0,645 and 1,000.
Conclusion:
Concluded that there was no relationship between characteristic of
nurse assosciate which include age, gender,
maritals status, education, work period, and employment status with
implementation of professional nursing practice models in professional
nursing practice models room inpatient care Public
Hospital of Tugurejo Semarang.
Keywords: characteristic of nurse assosciate, implementation of professional nursing practice models
Reference : 43
(1990-2006)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Ventilator
Associated Pneumonia
(VAP) didefinisikan sebagai
pneumonia nosokomial pada pasien terpasang ventilasi mekanik/ menggunakan
ventilator dengan endotrakeal/ ET
tube atau trakeostomi selama
lebih dari 48 jam. Ventilator
Associated Pneumonia
merupakan komplikasi disebanyak 28%
pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik. Insiden VAP meningkat seiring
dengan peningkatan durasi penggunaan ventilasi mekanik. Estimasi insiden adalah
sebesar 3% per hari selama 5 hari pertama, 2% per hari selama 6-10 hari, dan 1%
per hari setelah 10 hari. Tingkat kematian kasar untuk VAP adalah 27-76%. Pseudomonas
atau Acinetobacter
pneumonia dikaitkan
dengan peningkatan tingkat kematian dibandingkan dengan organisme lain.
Studi secara konsisten
menunjukkan bahwa penundaan dalam memulai terapi antibiotik yang sesuai dan
dosis yang tepat dapat meningkatkan risiko kematian. Peninjauan sistematis dan
meta-analisis oleh Melsenetal tidak menemukan bukti ventilasi mekanik
disebabkan VAP pada pasien dengan trauma atau sindrom gangguan pernapasan akut.
Pemusatan data pada 17.347 pasien menunjukkan bahwa diantara pasien trauma,
risiko relative diperkirakan adalah 1,09 (95% confidence interval [CI],
0,87-1,37), dan diantara pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut, risiko
relative adalah 0,86 (95% CI, 0,72-1,04). Melsenetal menemukan bukti untuk
kematian yang timbul dari VAP antara subkelompok pasien lain, tetapi risiko ini
tidak dapat dihitung karena heterogenitas dalam hasil studi. Hasil juga terkait
dengan waktu terjadinya VAP. Awal-onset pneumonia terjadi dalam 4 hari pertama
rawat inap, sedangkan akhir-onset VAP terjadi 5 hari atau lebih setelah masuk. Akhir-onset
pneumonia biasanya dikaitkan dengan organism Multi Drugs Resistance
(MDR). Dengan fakta-fakta tersebut,
sudah seharusnya dibutuhkan pencegahan infeksi nosokomial yang mungkin bisa menurunkan
risiko terjadinya VAP pada pasien-pasien yang benar-benar membutuhkan pemasangan
ventilasi mekanik karena kegagalan pernapasan. Pencegahan infeksi nosokomial pneumonia
dapat dilakukan secara farmakologis maupun non farmakologis. Intervensi
keperawatan berupa tindakan Head of bed, merupakan kombinasi dari
beberapa strategi non farmakologis. Pada penelitian Kollef (2005) bahwa VAP
terjadi pada pasien terlentang sebesar 34% sedang posisi tidur head up 30
derajat sebesar 11%. Kematian pasien di ICU adalah 30% pada pasien terlentang
dan 8,9% pada pasien head up. Tindakan ini dapat mencegah atau meminimalkan
kejadian HAP dan Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
B. Tujuan
Tujuan dari mini riset ini
adalah untuk mengetahui hubungan intervensi keperawatan berupa tindakan Head of bed tehadap
kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di
Intensive Care Unit (ICU)
RSUD Tugurejo Semarang.
C. Manfaat
1. Bagi
Pasien
Diharapkan
dapat mengurangi terjadinya infeksi nosokomial aspirasi pneumonia/ Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di
Intensive Care Unit (ICU).
2. Bagi
Perawat
Diharapkan
menjadi intervensi keperawatan pada pasien kritis dengan terpasang ventilator
mekanik.
3. Bagi
Instansi Ruamah Sakit
Diharapkan
dengan adanya intervensi keperawatan dengan tindakan Head of bed dapat
mengurangi angka nosokomial di rumah sakit.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel
Dependen
−
Umur
−
Jenis kelamin Penerapan MPKP
−
Status perkawinan
−
Pendidikan
−
Masa kerja
- Status pegawai
Gambar
3.1. Kerangka Konsep
B.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul (Arikunto, S, 1998).
1.
Hipotesis nol (Ho)1 = tidak ada hubungan umur
perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)1 = ada hubungan umur perawat pelaksana
dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang MPKP
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
2.
Hipotesis nol (Ho)2 = tidak ada hubungan jenis
kelamin perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)2 = ada hubungan jenis kelamin perawat
pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di
Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
3.
Hipotesis nol (Ho)3 = tidak ada hubungan status
perkawinan perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)3 = ada hubungan status perkawinan perawat
pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di
Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
4.
Hipotesis nol (Ho)4 = tidak ada hubungan pendidikan
perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)4 = ada hubungan pendidikan perawat
pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di
Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
5.
Hipotesis nol (Ho)5 = tidak ada hubungan lama
kerja perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)5 = ada hubungan lama kerja perawat
pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di
Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
6.
Hipotesis nol (Ho)6 = tidak ada hubungan status
pegawai perawat pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) di Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Semarang.
Hipotesis kerja (Ha)6 = ada hubungan status pegawai perawat
pelaksana dengan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di
Ruang MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
C.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian kuantitatif ini adalah
korelasi yaitu mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel, dengan
menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang menekankan
pada waktu pengukuran data variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu
bersamaan (Hidayat, 2007).
D.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi dalam penelitian ini di Ruang
MPKP Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang di Bulan Februari
2010.
E.
Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan
dari objek penelitian atau obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Menurut
Arikunto (2006), populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu dalam suatu penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
perawat pelaksana yang bekerja di ruang MPKP di Rawat Inap Amarilis 1 dan
Dahlia di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Menurut data kepegawaian
di bidang keperawatan populasi perawat pelaksana di ruang MPKP Ruang Amarilis 1
sebanyak 14 perawat pelaksana dan Ruang Dahlia sebanyak 14 perawat pelaksana.
Jadi populasi dalam penelitian sebanyak 28 responden.
2.
Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2005). Menurut Arikunto (1998), apabila subjek kurang
dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi.
Teknik pengambilan sample
adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi (Nursalam, 2003). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan total sampling, karena jumlah responden
kurang dari 100 orang (Arikunto, 1998: 120) maka sampel diambil dari
keseluruhan. Teknik ini dilakukan pada perawat pelaksana ruang rawat inap
Amarilis 1 dan Dahlia dengan jumlah sampel sebanyak 25 responden.
Sampel ditentukan berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan (Hidayat, 2007). Kriteria inklusi dan eksklusi sampel
penelitian ini sebagai berikut:
a.
Kriteria
inklusi
Kriteria inklusi adalah
karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak diteliti, adalah:
1) Perawat pelaksana
2) Perawat yang bekerja di ruang MPKP ruang
Amarilis 1 dan Dahlia
b. Kriteria eksklusi adalah sampel
yang tidak dapat dimasukkan atau tidak layak untuk diketahui yaitu:
1) Perawat pelaksana di ruang MPKP yang tidak
bersedia menjadi responden
2) Perawat pelaksana di ruang MPKP yang
sedang cuti tugas
3) Perawat pelaksana di ruang MPKP yang
sedang tidak bertugas
F.
Definisi Operasional
1.
Variabel bebas
Variabel bebas merupakan
variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependent
variable) dinamakan variabel bebas artinya bebas dalam menghubungkan
variabel lain (Hidayat, 2007). Variabel bebas dalam penelitian ini
karakteristik perawat pelaksana.
2.
Variabel terikat
Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat,
2007). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Penerapan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP).
Definisi operasional adalah
mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang
diamati (Hidayat, 2007).
Table
3.1. Definisi operasional
variabel dan skala pengukuran
|
No
|
Variabel
|
Definisi
operasional
|
Alat
ukur & cara ukur
|
Kategori
|
Skala
|
|
1
2
3
4
5
6
|
Umur
Jenis kelamin
Status
perkawinan
Masa kerja
Tingkat pendidikan
Status pegawai
|
Usia seorang perawat pelaksana yang dihitung berdasarkan
ulang tahun terakhir.
Identitas gender yang dimiliki seorang perawat pelaksana di
rawat inap.
Identitas status pernikahan yang dimiliki seorang perawat
pelaksana di rawat inap.
Waktu yang telah dilalui seorang perawat dari pertama kali
bekerja sampai dilakukan penelitian.
Proses belajar secara formal yang terakhir didapat di
institusi pendidikan oleh perawat pelaksana dengan mendapatkan ijazah.
Identitas seorang perawat pelaksanan dalam bekerja di dalam
kepegawaian.
|
Kuesioner:
terdiri
dari 1 item pertanyaan.
Terdiri dari 1 item pertanyaan.
Terdiri dari
1 item pertanyaan.
Terdiri dari
1 item pertanyaan
Terdiri dari
1 item pertanyaan
Terdiri dari
1 item pertanyaan
|
Kategori:
< 25 tahun,
25-30 tahun,
31-40 tahun
Kategori:
Laki-laki,
Wanita.
Kategori:
belum kawin,
kawin,
janda/duda
Kategori:
< 1
tahun,
1-5 tahun,
> 5
tahun
Kategori:
SPK,
Akper,
S1.
Kategori:
Kontrak,
Harlep,
PNS
|
Ordinal
Nominal
Nominal
Ordinal
Ordinal
Nominal
|
|
7
|
Penerapan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP):
−
Model primer tim
−
SOP
−
SAK
−
IK
|
Aplikasi pemberian asuhan keperawatan dengan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dengan model primer tim yang dilakukan
berdasarkan standar asuhan keperawatan, standar operasional prosedur, dan
instruksi kerja di ruang MPKP Rumah Sakit tempat penelitian.
|
Kuesioner:
50 pertanyaan,
dengan jawab: Selalu/S skor: 3
Kadang/KD
skor: 2
Tidak pernah/TP
skor: 1
|
Jumlah skor
tertinggi: 150
terendah: 50
Kategori:
Baik:117-150
Sedang: 83-116
Kurang: 50-82
|
Ordinal
|
G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan
Data
1.
Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
adalah daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis dalam rangka pengumpulan
data suatu penelitian. Kuesioner tersebut yaitu:
a.
Kuesioner I berisikan biodata responden tentang
karakteristik perawat pelaksana, yang terdiri dari: nama inisial responden,
kode responden, umur, jenis kelamin, status perkawinan, masa kerja, tingkat
pendidikan terakhir, status pegawai.
b. Kuesioner II berisi data pernyataan-pernyataan
penelitian. Pernyataan
penelitian memuat tentang penerapan model praktik keperawatan profesional
(MPKP).
Kuesioner dibuat dari pengembangan
variabel penelitian menjadi sub variabel kemudian butir-butir soal pernyataan
dikembangkan berdasarkan sub variabel dan setiap soal diberi petunjuk cara
mengerjakannya. Agar kuesioner dapat mengukur hal-hal yang diukur maka
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Setelah instrument yang
digunakan berupa kuesioner sebagai alat
ukur peneliti selesai disusun,
kemudian dilakukan uji validitas dan realibitas karena suatu kuesioner dikatakan
valid jika kuesioner tersebut mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Notoatmodjo, 2005). Tempat uji validitas dilakukan di Ruang MPKP Rumah
Sakit Jiwa Aminogondo Hutomo Semarang 2010.
Uji validitas digunakan untuk mengukur
relevan tidaknya pengukuran dan pengamatan yang dilakukan pada penelitian
(Notoatmodjo, 2005). Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pemeriksaan tehnik keabsahan didasarkan atas sejumlah kriteria
tertentu.
Menurut Lincoln dan Guba (1985) ada
empat kriteria yang digunakan, yaitu truth value dengan cara internal
validity, applicability dengan cara external validity, consistency dengan
cara reliability, neutrality dengan cara objectivity.
Teknik korelasi yang dipakai adalah
teknik korelasi “product moment” dengan rumus:
|
{ N Σ X2 – (Σ X)2 } – { N ΣY2 – (ΣY)2 }
Keterangan:
X = pertanyaan nomor 1
Y = skor total
XY = skor pertanyaan nomor 1
dikali skor total.
Dinyatakan valid, jika
korelasi tiap butir pernyataan memiliki nilai positif dari nilai rxy >
r tabel dengan tingkat kesalahan 5% (Sugiyono, 2007).
Berdasarkan hasil perhitungan
dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r, cara melihat angka
kritik dengan melihat baris N. Jadi misalnya jumlah N adalah 21, dengan 50 item
pernyataan penerapan MPKP di ruang MPKP rawat inap RSUD Tugurejo Semarang, maka
untuk taraf signifikansi 5% angka kritik (rtabel) adalah 0,433, maka
Rxy = 0,445 - 0,911.
Hasil nilai pearson correlation
uji validitas pernyataan ceklist pada variabel bebas dan variabel terikat
dinyatakan valid, jika korelasi tiap butir pernyataan memiliki nilai positif
dari nilai rxy > r tabel yaitu 0,445 - 0,911 > 0,433 dengan tingkat
kesalahan 5%. Jadi hasil uji validitas tersebut valid. Hasil uji validitas
instrumen penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji
yang akan dilakukan untuk mengetahui apakah instrument yang digunakan telah reliabel
(Notoatmodjo, 2005). Setelah diketahui bahwa setiap item-item pertanyaan cukup
valid, dilanjutkan dengan analisa relialibitas untuk mengetahui apakah
instrument tersebut cukup konsisten untuk mengukur gejala yang sama pada
pengukuran yang berulang. Pada awalnya tinggi rendahnya reliabilitas tes tercermin
oleh nilai Cronbach alpha.
|
(k –
1) st2
Keterangan:
k = mean kuadrat antara subyek
Σsi2 = mean kuadrat kesalahan
st2
= varians total
Dimana kuesioner dikatakan reliabel jika
indeks reliabilitas yang diperoleh ri hitung > r tabel untuk
taraf kesalahan 5% (Sugiyono, 2007). Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen
penelitian mengenai penerapan MPKP diperoleh ri hitung = 0,965 dan r
tabel = 0,433, maka 0,965 > 0,433 sehingga instrumen tersebut reliabelnya
tinggi (handal). Uji reliabilitas instrumen penelitian selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran.
2. Cara pengumpulan data
a. Data primer
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada responden. Peneliti melakukan penelitian setelah
mendapatkan ijin dari Direktur RSUD Tugurejo Semarang secara lisan terlebih
dahulu, kemudian peneliti langsung menemui calon responden untuk memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian. Peneliti kemudian meyakinkan
kepada calon responden bahwa partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela
dan kerahasiaan responden akan dijaga.
Setelah meminta persetujuan pada calon
responden kemudian peneliti memberikan kuesioner untuk diisi dan sebelum
memulai mengisi peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.
Setelah kuesioner diisi oleh responden, peneliti mengumpulkan dan memeriksa
kelengkapannya. Cara pengumpulan kuesioner dengan cara peneliti meminta kembali
lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b. Data sekunder
Data diambil dari observasi di ruangan
MPKP, informasi dari kepala ruangan dan ketua tim.
H. Analisis Data
1. Tehnik pengolahan data
Setelah data terkumpul, data diolah
dengan analisa statistik SPSS 12.0 for Windows dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Editing
Peneliti melakukan koreksi (editing)
data setelah peneliti menerima kuesioner
yang telah diisi oleh responden. Tujuannya untuk melihat kelengkapan dan kebenaran dalam
pengisian. Apabila jawaban dari responden kurang lengkap atau salah (seperti
menjawab lebih dari satu pilihan jawaban) maka peneliti meminta responden
kembali untuk melengkapinya atau membenarkannya.
b. Coding
Data diolah dengan memberikan
tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya
dimasukan ke dalam lembaran tabel kerja untuk mempermudah pengolahan.
c. Tabulating
Merupakan kegiatan/langkah
memasukan data-data hasil penelitian kedalam tabel-tabel sesuai dengan
kriteria
2.
Analisis data
a.
Analisa univariat
Analisa univariat
digunakan untuk menganalasis variabel-variabel yang ada secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi agar dapat diketahui karakteristik dari
subjek penelitian. Variabel yang diteliti antara lain karakteristik perawat
pelaksana yaitu: umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
masa kerja, dan status pegawai; dan penerapan model praktik keperawatan
profesional (MPKP).
b.
Analisa
bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk
melihat hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam
penelitian ini analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel karakteristik
perawat pelaksana dengan variabel penerapan model praktik keperawatan profesional
(MPKP). Uji statistik yang digunakan uji Chi Square dengan derajat
kemaknaan dirancang X2 ³ 0,05 atau p value £
0,05 dengan bantuan program SPSS 12.0 for Windows. Adapun rumus
yang digunakan adalah :
|
fh
Keterangan:
X² = Nilai Chi Square
fo = Frekuensi yang di observasi
fh = frekuensi yang diharapkan
Uji Chi Square digunakan karena
dalam penelitian bertujuan untuk mengetest hipotesis tentang ada tidaknya
korelasi antara dua faktor atau lebih (Hadi, 2000). Syarat uji Chi Square adalah
sebagai berikut:
1) Hipotesis asosiatif untuk tabel 2x2, tidak
berpasangan.
2) Tidak ada sel yang nilai observed-nya nol
(0)
3) Sel yang memiliki nilai expected kurang
dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel.
4) Bila tidak terpenuhi:
a)
Untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher’s exact test
b)
Untuk tabel 2xk adalah uji Kolmogorov-Smirnov
c) Penggabungan sel adalah alternatif uji Chi
Square.
Untuk memutuskan apakah terdapat hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat, digunakan p value yang
dibandingkan dengan tingkat kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu 5 %. Apabila
p-value < 0,05, maka H0 ditolak Ha diterima, yang
berarti ada hubungan variabel bebas dengan variabel terikat, sedangkan p
value > 0,05, maka H0 diterima Ha ditolak yang berarti tidak
ada hubungan variabel bebas dengan variabel terikat (Arikunto, 1998).
Dikarenakan uji Chi Square tidak
memenuhi syarat yaitu ada kolom yang nilai expected-nya < 5 lebih dari 20%,
maka analisis bivariate yang digunakan adalah uji alternative Fisher’s
exact test.
I.
Etika Penelitian
Penelitian dilakukan setelah
mendapat rekomendasi dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, kemudian
penelitian dilaksanakan dengan menekankan masalah etik yang meliputi:
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Lembar
persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. sebelum responden
menyetujui, peneliti menjelaskan terlebih dahulu maksud, tujuan dan maksud
penelitian, setelah responden membaca, mengerti dan memahami isi format
persetujuan, mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Responden
yang menolak untuk diteliti, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
hak-haknya.
2. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dari
responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang disajikan
atau dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data dari responden yang telah didapatkan segera
mungkin dihancurkan setelah kegiatan peneliti selesai.
3. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan
identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada kuesioner.
Tetapi lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu.
J.
Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian terlampir (Lampiran 3).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar