MAKALAH
IMPLEMENTASI
SASARAN KESELAMATAN PASIEN :
KOMUNIKASI
EFEKTIF DI INSTALASI RAWAT INAP

Disusun
Oleh :
Nama
: Noer Rochmat
NIP
: 19800604 200701 1 007
Pangkat/
Gol. : Penata Muda (III/a)
Jabatan
: Perawat Pertama
Jenjang
Pendidikan : Profesi Ners
PEMERINTAH
PROPINSI JAWA TENGAH
RSUD
TUGUREJO SEMARANG
A.
Latar
Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global
termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan
keselamatan di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (paitent safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan
dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup
rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut keselamatan pasien merupakan
prioritas utama untuk dilakukan oleh rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan
prinsip dasar dari pelayanan kesehatan yang memandang bahwa keselamatan merupakan
hak bagi setiap pasien dalam menerima pelayanan kesehatan.1
Di Indonesia data tentang kejadian tidak
diharapkan (KTD) apalagi kejadian nyaris cedera (KNC) masih langka, namun di
lain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang belum tentu sesuai
dengan pembuktian akhir. Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan
masyarakat maka pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit perlu
dilakukan, maka rumah sakit perlu melaksanakan sasaran keselamatan pasien
(SKP). Sasaran keselamatan pasien tersebut meliputi ketepatan identifikasi
pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi,
pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko
pasien jatuh. Dari enam sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari
layanan asuhan ke pasien adalah komunikasi efektif.2
Komunikasi yang tidak efektif akan
menimbulkan risiko kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh
kesalahan dalam pemberian obat ke pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan
perawatan. Mencegah terjadinya risiko kesalahan pemberian asuhan keperawatan maka
perawat harus melaksanakan sasaran keselamatan pasien : komunikasi efektif di
Instalasi Rawat Inap. Komunikasi efektif dapat dilakukan antar teman sejawat
(dokter dengan dokter/ perawat dengan perawat) dan antar profesi (perawat
dengan dokter).
Kualitas suatu rumah sakit sebagai institusi yang
menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada
kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien
(Tjiptono,2001). Menurur Walker, Evan
dan Robbson (2003), komunikasi efektif dalam praktik keperawatan profesional
merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam
mencapai hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif
adalah saat serah terima tugas (handover)
dan komunikasi lewat telepon.3 Berdasarkan latar belakang diatas
maka implementasi sasaran keselamatan pasien : komunikasi efektif harus dilakukan
oleh perawat professional.
B. Pokok Permasalahan
Komunikasi yang tidak efektif akan
menimbulkan risiko kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh
kesalahan dalam pemberian obat ke pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan
perawatan, kesalahan interprestasi atau mis komunikasi.
C. Tujuan
1.
Tujuan umum
Diharapkan
perawat dapat menerapkan implementasi sasaran keselamatan pasien dengan komunikasi
secara efektif dalam pemberian asuhan keperawatan.
2.
Tujuan khusus
a. Diharapkan dapat menghindarkan
kejadian kesalahan pemberian obat.
b. Diharapkan dapat menghindarkan
kesalahan melakukan tindakan.
c. Diharapkan dapat menghindarkan mis
komunikasi.
D. Manfaat
Dengan berkomunikasi secara efektif dapat menjalin saling pengertian
dengan teman sejawat perawat atau perawat dengan dokter karena komunikasi
memiliki manfaat, antara lain adalah:
1. Tersampaikannya
gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan yang
dimaksudkan.
2. Adanya
saling kesefahaman dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah
persepsi.
3. Memberikan
sesuatu pesan kepada pihak tertentu, dengan maksud agar pihak yang diberi
informasi dapat memahaminya.
E.
Analisis
dan Pembahasan
Berdasarkan kebijakan
Pemerintah yaitu Permenkes RI No 1691 Tahun 2010 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 1691 setiap rumah sakit wajib
mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien
meliputi tercapainya ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang
efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian
tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh.2
Enam unsur sasaran keselamatan pasien
yang utama dari layanan asuhan ke pasien adalah komunikasi efektif. Menghindari
risiko kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan pasien dan meningkatkan
kesinambungan perawat dan pengobatan maka diharuskan menerapkan komunikasi
efektif.
Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI
IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit menyusun cara komunikasi yang efektif,
tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima. Hal itu untuk
mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan keselamatan pasien.4
Komunikasi adalah penyebab pertama
masalah keselamatan pasien (patient safety). Komunikasi merupakan proses yang
sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Komunikasi yang efektif
yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi
kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.3
1.
Faktor yang dapat mendukung komunikasi
efektif3 :
a. Dalam
profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda
utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
b. Komunikator
merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada.
c. Kualitas
komunikasi adalah faktor kritis dalam memenuhi kebutuhan klien.
2.
Faktor yang tidak mendukung komunikasi
efektif3 :
a. Tanpa
komunikasi yang jelas, dapat memberikan pelayanan keperawatan yang tidak
efektif,
b. Tidak
dapat membuat keputusan dengan klien/keluarga,
c. Tidak
dapat melindungi klien dari ancaman kesejahteraan,
d. Tidak
dapat mengkoordinasi dan mengatur perawatan klien serta memberikan pendidikan
kesehatan.
3.
Aspek yang harus dibangun dalam
komunikasi efektif adalah3 :
a. Kejelasan
Dalam komunikasi harus menggunakan
bahasa secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini
menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang
disampaikan.
c. Konteks
Maksudnya bahwa bahasa dan informasi
yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi
itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan
disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak
yang menerima informasi cepat tanggap.
e. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut
bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tata krama dan etika.
Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak
berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak
menimbulkan kesalahan persepsi.
Kerangka komunikasi efektif yang
digunakan di rumah sakit adalah komunikasi
SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada
saat perawat melakukan handover ke pasien.
Komunikasi SBAR adalah
kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting
yang
membutuhkan perhatian segera dan
tindakan berkontribusi terhadap
eskalasi yang efektif dan
meningkatkan keselamatan pasien.
SBAR juga dapat
digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di
daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim
kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan
rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim
kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Keuntungan
dari penggunaan metode SBAR adalah
-
Kekuatan perawat berkomunikasi secara
efektif.
-
Dokter percaya pada analisa perawat
karena menunjukkan perawat paham akan kondisi pasien.
-
Memperbaiki komunikasi sama dengan
memperbaiki keamanan pasien.
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu
Situation, Background, Assessment, Recommendation.
Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan
semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri.
Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik.
sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.5
1.
Situation : Bagaimana situasi yang akan
dibicarakan/ dilaporkan?
- Mengidentifikasi nama diri petugas
dan pasien.
- Diagnosa medis
- Apa yang terjadi dengan pasien yang
memprihatinkan
2.
Background : Apa latar belakang informasi
klinis yang berhubungan dengan situasi?
- Obat saat ini dan alergi
- Tanda-tanda vital terbaru
- Hasil laboratorium : tanggal dan
waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya untuk perbandingan
- Riwayat medis
- Temuan klinis terbaru
3.
Assessment : berbagai hasil penilaian klinis
perawat
- Apa temuan klinis?
- Apa analisis dan pertimbangan
perawat
- Apakah masalah ini parah atau
mengancam kehidupan?
4.
Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi
dan kapan?
- Apa tindakan / rekomendasi yang
diperlukan untuk memperbaiki masalah?
- Apa solusi yang bisa perawat
tawarkan dokter?
- Apa yang perawat butuhkan dari
dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?
- Kapan waktu yang perawat harapkan
tindakan ini terjadi?
Sebelum
serah terima pasien, perawat harus melakukan :
1.
Perawat mendapatkan pengkajian kondisi
pasien terkini.
2.
Perawat mengkumpulkan data-data yang
diperlukan yang berhubungan dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
3.
Perawat memastikan diagnosa medis pasien
dan prioritas masalah keperawatan yang harus dilanjutkan.
4.
Perawat membaca dan pahami catatan
perkembangan terkini & hasil pengkajian perawat shift sebelumnya.
5.
Perawat menyiapkan medical record pasien
termasuk rencana perawat harian.
Contoh
komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
Situation
(S) :
Nama
: Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari perawatan,
DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah
keperawatan:
-
Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit lebih
-
Perubahan kebutuhan nutrisi kurang
Background
(B) :
-
Pasien bedrest total , urine 50 cc/24
jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
-
Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300
mg/dl.
-
Pasien program HD 2x seminggu Senin dan
Kamis.
-
Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
-
Dokter sudah menjelaskan penyakitnya
tentang gagal ginjal kronik
-
Diet : rendah protein 1 gram
Assessment
(A) :
-
Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg,
Nadi 100x/menit, suhu 37 0C, RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas
bawah, tidak sesak napas, urine sedikit, eliminasi faeses baik.
-
Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl,
albumin 3, ureum 237 mg/dl
-
Pasien masil mengeluh mual.
Recommendation
(R) :
-
Awasi balance cairan
-
Batasi asupan cairan
-
Konsul ke dokter untuk pemasangan dower
kateter
-
Pertahankan pemberian pemberian deuritik
injeksi furosemit 3 x 1 amp
-
Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar
pasien
-
Jaga aseptic dan antiseptic setiap
melakukan prosedur
Contoh
komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :
Situation
(S) :
-
Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2
-
Melaporkan pasien nama Tn A mengalami
penurunan pengeluaran urine 40 cc/24 jam, mengalami sesak napas.
Background
(B) :
-
Diagnosa medis gagal ginjal kronik,
tanggal masuk 8 Desember 2013, program HD hari Senin-Kamis
-
Tindakan yang sudah dilakukan posisi
semi fowler, sudah terpasang dower kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15
menit yang lalu.
-
Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
-
TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100
x/menit, oedema ekstremitas bawah dan asites
-
Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl,
albumin 3, ureum 237 mg/dl
-
Kesadaran composmentis, bunyi nafas
rongki.
Assessment
(A) :
-
Saya pikir masalahnya gangguan pola
nafas dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
-
Pasien tampak tidak stabil
Recommendation
(R) :
-
Haruskah saya mulai dengan pemberian
oksigen NRM
-
Apa advise dokter? Perlukah peningkatan
diuretic atau syringe
pump?
-
Apakah dokter akan memindahkan pasien ke
ICU?
F.
Kesimpulan
Komunikasi efektif adalah unsur utama
dari sasaran keselamatan pasien karena komunikasi adalah penyebab pertama
masalah keselamatan pasien (patient
safety). Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien. Maka dalam komunikasi efektif harus dibangun aspek kejelasan,
ketepatan, sesuai dengan konteks baik bahasa dan informasi, alur yang
sistematis, dan budaya.
Kerangka komunikasi yang
efektif yang digunakan adalah komunikasi model SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation). Metode ini
digunakan secara efektif saat serah terima antara shift atau antara staf di daerah
klinis yang sama atau berbeda. SBAR juga digunakan untuk diskusi antara anggota
tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya (perawat – dokter).
G.
Saran
Dengan komunikasi efektif diharapkan
tidak terjadi kesalahan dalam pemberian asuhan ke pasien. Komunikasi efektif
dengan metode SBAR akan terbentuk catatan dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Sehingga
disarankan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik,
sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Depkes
RI. (2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient safety). Jakarta: Bakti Husada.
2. Permenkes
RI No 1691 (2010). Keselamatan pasien rumah sakit. Jakarta : Menteri Kesehatan
RI.
3. Materi komunikasi efektif. Diakses http://galericampuran.blogspot.com/2013/03/materi-komunikasi-efektif.html
4.
Joint
Commission Accreditation of Health Organization. (2010). National patient safety goals.
5.
Rofii,
Muhamad. (2013). Komunikasi efektif dengan SBAR. Disampaikan dalam pelatihan di
RSUD Tugurejo Semarang tanggal 21 November 2013.
terimakasi
BalasHapusTerimakasih, yaaa...
BalasHapus